Sepenggal Kisah di Tanah
Rencong
Dulu aku mendengar dari
orang-orang kalau negeri ini disebut tanah rencong. Daerah yang dikenal sebagai tanah konflik
kemerdekaaan beberapa tahun yang lalu.
Sadar atau tidak, aku telah berada dan menginjakan kaki di tanah ini. Sebuah
program pemerintah telah membawaku disini. Bukan merantau untuk mencari seonggok
uang, tapi kini aku punya visi yang harus ku emban, yaitu “Sebuah Pengabdian”.
Sebuah alasan...
November 2011, aku tak ingat
persis tanggalnya, yang jelas pada waktu itulah perjalan ku dimulai. Malam itu
terdengar kabar di selang seling otak yang haus dan lapar akan kata pekerjaan. Handphone seluler pun
bergetar di kantong celana. Ketika kulihat dan kubaca sekilas ternyata orang
yang paling spesial dalam hidup ku memanggil, dia adalah ibu ku. Dalam panggilannya
dia berucap “Fan, coba lihat di internet,
tadi mama baca di koran Singgalang, ada lowongan pekerjaan menjadi guru di
daerah terpencil didaerah Aceh dan NTT, kalaw saran mama, silahkan coba aja
dulu ambil di daerah aceh, kan masih dekat dengan kampung. Info dikoran
pendaftannya ada di UNP. Ntar...kalaw sudah dapat infonya kasih tau mama ya....!!!”
Begitulah kata-katanya yang masih kuingat di memori ku. Dalam hidup ku ini,
kata seorang ibu adalah jalan, jalan
ku untuk melangkah terus ke depan, jalan yang membuat ku tak takut akan
menghadapi sebuah rintangan dan jalan telah yang membuat ku berada di tanah
rencong ini. Karna dia adalah alasanku.
Pindah itu ternyata indah...
Minggu, 11 Desember 2011, kami
beberapa jam lagi sampai di tempat tujuan, yakni kantor “Dinas Pendidikan
Kabupaten Aceh Selatan”. Semuanya harap-harap cemas menanti dimanakah kami akan
ditempatkan. Karna pada waktu itu tak ada satupun dari kami yang tau? Dimanakan
kami akan ditempatkan?. Jalanan dengan
dinding curam mengiasi pandangan dibalik kaca mobil yang kami tumpangi itu. “Ntah...
ini apa nama tempatnya?” begitulah pikir ku. Paparan pantai yang panjang mengiringi perjalan kami dari balik
kaca sebelah kiri. Sebagian teman-teman masih tertidur pulas karena lelahnya
perjalanan.
Mobil berhenti disebuah
persimpangan kecil dibalik patung naga. “Waw... besar sekali naga ini..., dan
coba liat kawan, besar sekali ukuran patung kaki ini”. Ucapku pada teman-teman
yang ikut terheran melihat patung tersebut. Rupanya kantor dinas pendidikan ini
terletak didekat Patung Naga dan Kaki Tuan Tapa, begitulah orang disana
menyebut nama patung tersebut.
Semua peserta yang datang
dipersilahkan masuk kedalam aula dinas pendidikan. Didalamnya telah menunggu
puluhan guru yang akan menjemput kami, mengantar kami kesekolah tujuan
masing-masing. Tapi sayang kami belum tau siapa orang yang kami maksud.
Acara pembukaan telah dimulai,
satu demi satu kata-kata persembahan terlontar dari mulur-mulut sipembicara
yang ada di depan. Mulai dari basa basi sampai salam ramah atas kedatangan kami
sebagai para pendatang baru di daerah ini.
Dan tibalah diacara yang paling kami tunggu-tunggu, yakni pengumuman
sekolah penempatan peserta dan serah terima dengan kepala sekolah. Nama demi
nama telah disebutkan. Banyak yang heran dan bimbang, karena mereka ditempatkan
tingkat sekolah yang belum pernah mereka ajar, “Saya biasa ngajar di SMP pak, kenapa
ditempatkan di SD?” itu tanya teman-teman pada panitia. Akhirnya nama akupun di
sebutkan, “Irfan Dani, Sekolah penempatan di SMPN 2 Indra Damai Kluet Selatan”.
Dengan suara keras pembawa acara mengumumkan. Dalam hati aku berteriak
“HORE!!!” karena itu yang aku mau dan itu sesuai dengan pengalaman ku
sebelumnya mengajar di SMP. “Jalan ku semakin terasa indah” ucapku berkata
dalam hati..
Pembacaan pengumuman pun
selsesai, masing-masing peserta mencari kepala sekolahnya untuk beramah tamah
dan diantar ke tempat tujuannya. “Evi, mana kepala sekolah kita?” tanya ku pada
teman didepan ku. Tak ada yang tau
dimana dia. Bagaimana kami mau mencari, wajahnya saja kami tak kenal.
Setelah ditunggu beberapa lama, akhirnya kami
dapat kepastian. “Dia tidak datang” kata temanku Surya yang mendapatkan
informasi dari panitia. Ketika itu juga salah seorang orang tua teman ku yang
tinggal disana, menyampaikan pesan yang serupa. “Bapak kepala sekolah kalian
tidak datang..., kalian ikut saja dulu sama bapak, besok baru kalian bapak antar ke sekolah” ucap
Pak Muzakir, sambil berkenalan dengan kami semua. Kemudian aku dan 5 orang
teman ku, menaiki mobil pak muzakir melakukan perjalanan menuju rumahnya dan
pada malam itu juga kami menumpang menginap disana.
Keesokan harinya, kami dipanggil oleh kepala sekolah SMPN 2
Indra Damai. “Hari ini kalian semua kumpul di SMPN 1 Kuet selatan Ya!!... kami
akan adakan acara pertemuan untuk penyambutan kalian semua” ucapnya dalam
pembicaraan lewat telepon. Tepat pukul 08:00
WIB kami berangkat menuju kesana. Dengan mengendarai sebuah becak penumpang bak
terbuka, kami berlima naik diatasnya. “Brum!!! Brum!!!” Bunyi suara becak
dengan tegas mengiri perjalanan kami.
Gemuruh suara sorak siswa-siswi
terdengar ketika kami memasuki gerbang SMPN 1 Kluet utara. Semua pandangan
siswa-siswi menuju kearah kami, dengan penuh tanda tanya, siapa itu yang
datang?. Kami berjalan menuju ruangan majelis guru disekolah, dan satu persatu
kami bersalaman dengan guru-guru yang kami jumpai. “Silahkan masuk Pak!!, Buk!!, kepala sekolah telah menunggu di ruangan
belakang. Setelah semua masuk keruangan tersebut, kami pun diperkenalkan kepada
seluruh majelis guru yang ada disana. Rasa haru dan bangga kami rasakan sebagai
guru baru dinegeri orang, guru yang dinanti-nanti untuk membawa sebuah
pemabaharuan. “Aku bangga” ucapku dalam hati.
Dalam sebuah tanya jawab di
pertemuan tersebut, aku pun tersentak bertanya kepada kepala sekolah kami,
yakni Bapak Abdullah Sani, S,Pd. “Pak...!!! Kenapa kami dikumpulkan disini?
Kenapa tidak di SMPN 2 Indra Damai saja acaranya, tempat kami ditugaskan.”
tanya ku. Sambil tersenyum simpul, Bapak kepala kami pun menjawab, “Maaf Pak Irfan,
untuk sementara waktu kalian kami pindahkan disini”, lho??? Knapa begitu pak?”
Balas ku. “Sekolah kalian belum siap!, yang ada Cuma dinding tembok tanpa atap
saja, apalagi siswanya. Memang belum ada sama sekali, kmungkinan mulai dibuka
tahun ajaran depan”, tegasnya. Dalam
hati ku berkata, “ya, kita pindah sekolah, tapi tak apa-apa, bagiku sama saja”.
Teman-teman yang lain dengan antusias mendengarkan penjelas demi penjelasan
oleh kepala sekolah. Setelah acara itu selesai, kami pun pulang ke rumah pak
muzakir.
Esok hari, tanggal 13 dibulan
yang sama, kamipun kembali kembali kesana. Dengan bergaya layaknya guru
telandan. Kami bersama melangkah dengan rasa bahagia menuju sekolah dengan
seribu keinginan untuk mendapat sesuatu pengaalaman mengajar yang sangat
berharga. Sesampai disekolah, kami semua diundang masuk keruangan kemaren,
dimana tempat kami disambut dengan tatapan ramah semua majelis guru. Tapi hari
ini beda halnya dengan kemarin yang kami rasakan, pandangan isi ruangan
berbeda. Disana telah hadir beberapa orang yang tidak kami lihat pada hari sebelumnya.
Setelah acara dibuka oleh kepala sekolah kami, dia pun menjelaskan bahwa orang
yang datang itu adalah para kepala sekolah SMP dan SMA yang ada di kecamatan
ini. “Inti dari pertemuan ini, Bapak menyampaikan bahwa dengan sangat menyesal,
kalian semua kami pindahkan ke SMP dan
SMA Bapak-bapak kita ini” kata kepala sekolah sambil melihat ke arah orang-orang
yang baru kami lihat. “Oh ternyata, kita dipindahkan lagi” seru ku dalam hati.
Aku pun dan teman-teman semakin terheran, “kok pindah lagi sih?. Padahal kita
belum sempat ngajar ndan lihat-lihat lokasi sekolah ini.” Ucap teman Ku,
Syamsul. Kami pun di bagi dan diserahkan pada para kepala sekolah yang datang.
Ada yang dipindahkan ke SMP Swasta, Ada yang ke SMA Negeri dan SMK. Aku sendiri
kebagian di tempatkan di SMAN 1 Kluet utara, tidak jauh dari lokasi SMP ini cuma
berjarak 30 cm, itu pun cuma sebatas dinding tembok pembatas sekolah SMP dengan
SMA”, canda ku dalam tawa. “Aku tak
pernah ragu dalam jalan ku, karena itu indah untuk ku”.
Hari berikutnya, ku ulangi lagi
dengan semangat yang tak kalah dengan hari sebelumnya. Ku tarik becak dengan tenaga
penuh menuju ke sekolah. Aku pun sampai di depan gerbang Sekolah yang bertuliskan,
SMAN 1 Kluet SELATAN”. Waw!! Cukup indah sekolah ini” kagum ku. Halaman yang
luas menghiasi depan sekolah dan disikitarnya masih terpampangan pemandangan
persawahan yang terbentang luas. Ketika itu juga, kutapaki jalan menuju ruangan
piket yang ada di depan sekolah. “Assalamualaikum Pak!!, Assalamualaikum
buk!!”, itu sapa ku kepada orang yang kutemui. Aku pun dipersilahkan masuk ke
ruangan kepala sekolah SMA ini. Dengan denyum ramah ku melangkah keruangan itu.
Sepanjang lorong sekolah, ku lepas pandangan ku kesekitar. “sungguh indah
sekolah ini” fikiran itu merubah dugaaan ku, terhadap bayangan sekolah tertinggal
yang kami bayangkan sebelumnya.
Assalamualaikum pak!! Sapa ku
ketika masuk keruangan kepala sekolah. “Waalaikum salam, silahkan duduk pak!!”
balas kepala sekolah diruangan itu. Setelah beberapa lama berbicara dengan
kepala sekolah baru ku ini, Dia pun menyampaikan pada ku dengan nada ragu. “Pak
irfan, semalam kami telah melakukan rapat dengan pihak UPTD, dan kami mengambil
keputusan bahwa dengan sangat menyesal kami memindahkan lagi Bapak ke sekolah
lain, karena jumlah guru Biologi yang ada disini sudah cukup”. Aku pun
termenung sejenak mendengar kata-kata itu. Pikiran ku mulai ragu, dan berbagai
macam dugaan muncul di benak ini. “Pindah lagi? apa pindah kemaren belum
cukup?”, aku semakin berkata-kata dalam hati. Tapi ku jawab bapak kepala, “tak
apa-apa pak! Kalaw memang itu keputusannya, saya terima pak!. Terima kasih atas
informasinya pak”. Dan bapak itu berpesan, “Besok kumpul lagi ya!! di SMPN 1”
mungkin ada informasi tentang kepindahan bapak disana. Aku pun pulang dengan
prasaan bimbang!. Aku sebenarnya tak keberatan dipindahkan ke sekolah mana.
Asalkan itu jelas!!. Jangan sampai dalam satu minggu ini tiap hari dipindahkan
terus dari sekolah satu ke sekolah lain. “kayak main ular tangga saja, Tiap
jalan pindah, tiap jalan pindah, dan balik lagi, haha” , tawaku dalam hati. Kalaupun ini terjadi, anggap aja ini permainan
biarkan semakin seru menuju akhir finish dan semoga semua ini adalah jalan
terbaik.
Pagi baru pun muncul, rupanya
kami telah semua telah berkumpul lagi disekolah ini. “Apapun yang terjadi,
jadikan itu yang terindah” ucapku didada. “Pak irfan, Pak messa, Buk ica dan Buk
Novi...Kalian ditempatkan di SMP swasta kampung paya!”. Kata pak Abdullah
kepala sekolah kami yang pertama. Pada waktu itu juga kami diperkenal dengan
kepala sekolah kami yang baru lagi, “Irfan”, kata ku sambil bersalaman dengan
bapak kepsek baru itu. Ku dengar “Almizar” itulah namanya. Orangnya ramah,
seperti penampilannya. “Semoga ini lebih baik” itu mau ku.
Sejenak ku kepikiran lagi,
“besok dipindahkan lagi ngak ya??? Haha!!!.
Beberapa hari kemudian aku, dan
tiga orang rekan ku, menginjakan kaki disekolah kami yang baru, yakni SMP Swasta
Kampung paya. Tidak seperti namanya kampung
paya, sekolah ini terletak di pusat kota kecamatan. Sungguh ramai didaerah
sini. Ku kira sekolahnya jauh dipelosok desa, namum kenyataannya letaknya
sangat strategis dan juga lumayan dekat dengan tempat tinggal kami.
“Alhamdulillah ya Allah”. syukurku. Ternyata semua ini indah. Betapa tak indah sekolah
ini lengkap dengan segala fasilitas, dari segi ruangan belajar, laboratorium,
perpustakaan, sampai akses wifi dan hostspot pun ada disini. Walau hanya
berstatus numpang pada sekolah negeri, tapi harus tetap disukuri. Semoga pengabdian ku tak sia-sia.
Semua ada, fasilitas
terlengkap, tapi timbul pertanyaan bagi ku, “Apakah semua ini sudah digunakan
secara optimal?”. Karena ku tau, tingkat sumber daya manusia disini masih tergolong rendah terhadap
pembaharuan, khususnya teknologi. ”
Hmm.....!!! ini bisa jadi misi ku, misi-misi pengabdian ku”, walaw tak ditempatkan
ditengah pemukinan hutan yang jauh disana ataupun terdampar di ujung pulau kecil
yang sulit dijamah. Bagiku itu sama saja. Pengabdian tetaplah pengabdian. Yang
dituntut adalah bagaimana kita memanfaatkan potensi yang ada menjadi sesuatu
yang luar biasa. Guru adalah sosok yang luar bisa. Semoga perjalan indah ini
tak sia-sia”.
Empat bulan pun berlalu,
misi-misiku satu demi satu telah terlaksana. Mengemban 38 Jam Pelajaran dalam
seminggu sudah menjadi kegiatan rutin bagi ku. Biologi, TIK, Khursus komputer, latihan Pramuka serta
kegiatan olah raga adalah adalah bagian dari suka dan duka. Kudengar kabar
bahwa sekolah swasta ku mau pindah. “Pindah” kuingat ingat kata ini dengan
senyum tawa. Ternyata permainan ular tangga ku belum usai, haha!! “Besok
melangkah kemana lagi ya?” tanya ku pada diri. Tapi aku tetap yakin semua itu akan jauh lebih baik dari
sebelumnya. Seperti yang telah kurasakan sebelumnya,“ Pindah itu ternyata indah..!!”
©Irfan Dani/Peserta SM-3T 2011
Post a Comment